Ramadan telah usai. Namun, berakhirnya bulan penuh berkah bukanlah pertanda berakhirnya ketaatan. Justru Syawal hadir sebagai momen penting untuk mengukur keistiqamahan seorang hamba setelah ditempa oleh latihan spiritual selama sebulan penuh.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًۭا
“Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang mengurai kembali benangnya setelah dipintal dengan kuat.”
(QS. An-Nahl: 92)
Ayat ini menjadi peringatan agar seorang Muslim tidak merusak amal kebaikan yang telah ia bangun dengan susah payah. Ibarat menenun kain indah selama Ramadan, lalu menghancurkannya kembali di bulan Syawal karena lalai dan bermaksiat.
Konsistensi beribadah setelah Ramadan menjadi salah satu tanda diterimanya amal. Sebab, para ulama salaf sering berkata:
ثَوَابُ الْحَسَنَةِ الْحَسَنَةُ بَعْدَهَا
“Balasan dari kebaikan adalah kebaikan setelahnya.”
(Imam Ibnul Qayyim dalam Al-Fawaid)
Artinya, jika seseorang mendapatkan taufik untuk terus berbuat baik setelah amal besar seperti Ramadan, itu pertanda Allah menerima amalnya dan menambah petunjuk baginya.
Beberapa orang menganggap Syawal sebagai masa rehat dari ibadah. Padahal, tidak ada istilah libur dalam beribadah bagi seorang Muslim. Allah tidak hanya disembah di bulan Ramadan, tetapi sepanjang hidup manusia.
Nabi ﷺ bersabda:
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
“Amalan yang paling Allah cintai adalah yang dilakukan secara terus-menerus, meskipun sedikit.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa istiqamah lebih utama daripada intensitas tinggi yang sesaat.
Setelah puasa wajib Ramadan, Nabi ﷺ menganjurkan puasa 6 hari Syawal:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Siapa yang berpuasa Ramadan lalu mengikutinya dengan enam hari dari Syawal, maka dia seperti puasa sepanjang tahun.”
(HR. Muslim)
Hidupkan malam dengan shalat malam, walaupun hanya dua rakaat. Rasulullah ﷺ rutin melakukannya sepanjang tahun.
Jangan biarkan mushaf kembali berdebu. Jadikan tilawah sebagai bagian harian, meskipun hanya beberapa ayat.
Teruskan semangat berbagi seperti saat Ramadan. Sedekah tidak harus besar, tetapi rutin dan ikhlas.
Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
إِنَّمَا هُمُ القَوْمُ اتَّخَذُوا القَبُولَ عَلَى أَعْمَالِهِمْ هَمًّا أَعْظَمَ مِنَ العَمَلِ
“Sesungguhnya orang-orang yang shalih lebih mengkhawatirkan apakah amal mereka diterima daripada amal itu sendiri.”
(Diriwayatkan oleh Ibnul Rajab dalam Latha’if al-Ma’arif)
Mereka takut amalnya tertolak, sehingga mereka meningkatkan amal setelah Ramadan sebagai bentuk harapan akan diterimanya ibadah sebelumnya.
Syawal seharusnya bukan menjadi momen pelonggaran diri, tetapi perpanjangan dari semangat ibadah Ramadan. Orang yang hanya taat saat Ramadan, lalu lalai setelahnya, memperlihatkan ketundukannya kepada waktu, bukan kepada Rabb-nya.
Mari kita buktikan bahwa kita adalah hamba Allah sepanjang waktu, bukan hanya “hamba Ramadan.” Jadikan Syawal sebagai batu loncatan menuju kedekatan yang lebih konsisten kepada Allah ﷻ.
Simak video tentang Anjuran Menjaga Rutinitas Ibadah dari kajian kitab Riyadhus Shalihin.
Baca juga artikel-artikel bermanfaat seputar amalan-amalan yang memiliki keutamaan besar, pada kategori: Targhib dan Tarhib.