Tanya:
Apakah seseorang yang berhaji tetap disyariatkan untuk berqurban jika ia masih mampu?
Jawab:
Pertanyaan ini menyentuh dua hal penting dalam ibadah haji: haji dan kurban (udhiyah). Kita akan bahas secara tematik sesuai mazhab Syafi’i.
Dalam ibadah haji, terdapat kurban khusus untuk jamaah haji, yang disebut hadya. Ini berlaku bagi:
Dalilnya:
فَمَن تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ
“Barangsiapa melakukan tamattu’ dalam umrah ke haji, maka wajib menyembelih hadya yang mudah baginya.”
(QS al-Baqarah: 196)
Dalam mazhab Syafi’i, udhiyah (kurban Idul Adha) adalah ibadah sunnah muakkadah yang berlaku bagi setiap Muslim yang mukallaf dan mampu, selama dia tidak haji.
Imam Nawawi menjelaskan:
الأضحية سنة مؤكدة في حق كل من قدر عليها من المسلمين المقيمين غير الحجاج
“Kurban adalah sunnah muakkadah bagi setiap Muslim yang mampu dari kalangan yang menetap (bukan musafir), selain jamaah haji.”
(al-Majmūʿ Syarḥ al-Muhadzdzab, 8/385)
Jadi, menurut mazhab Syafi’i:
Wallahu a‘lam.
Jenis Ibadah | Pengertian | Kapan Dilakukan | Hukum | Siapa yang Terkena | Jenis Hewan | Syarat |
---|---|---|---|---|---|---|
Udhiyah (Qurban) | Penyembelihan hewan pada Idul Adha sebagai ibadah | 10–13 Dzulhijjah (hari tasyriq) | Sunnah muakkadah | Muslim mukallaf yang mukim dan mampu | Kambing, domba, sapi, unta | Hewan sehat, cukup umur, tidak cacat |
Hadya | Hewan sembelihan sebagai bagian dari ibadah haji (tamattu’ atau qiran) | Hari Nahr (10 Dzulhijjah) | Wajib bagi tamattu’ dan qiran | Jamaah haji tamattu’ dan qiran | Sama seperti udhiyah | Tidak puasa 10 hari jika tidak mampu |
Dam | Denda atas pelanggaran dalam manasik haji | Saat pelanggaran terjadi atau di hari Nahr | Wajib (denda) | Siapa pun yang melanggar larangan ihram, meninggalkan wajib haji | Sesuai pelanggaran: kambing atau puasa/kompensasi lain | Tergantung jenis pelanggaran |
[Sumber: WA Grup MILC – Manarul Ilmi Learning Circle]
Baca juga artikel: Seputar Ta’yin (Penentuan) dan Nazar Hewan Qurban.