Minggu, 25 Mei 2025
Home
Search
Menu
Share
More
24 Mei 2025 21:09 - 2 menit reading

Jika Air Siraman Kencing Mengenai Pakaian

Tanya:

Ahsanallahu ilaikum.
Izin bertanya, Ustadz.
Apa hukum air bekas mencuci kemaluan setelah buang air kecil apabila mengenai pakaian?

Jawab:

Ahsanallahu ilaikum juga wa barakallahu fiikum.

Pertanyaan ini berkaitan dengan pembahasan najis dan thaharah (bersuci) dalam mazhab Syafi’i, khususnya mengenai air musta‘mal (air bekas dipakai bersuci) dan implikasinya terhadap kebersihan pakaian.

📘 Definisi Air Musta‘mal

Dalam mazhab Syafi’i, air musta‘mal adalah air yang telah digunakan untuk mengangkat hadats atau menghilangkan najis dan telah terpisah dari anggota badan.

Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan:

“وهو الماء القليل الذي استُعمل في فرض الطهارة”

“Yaitu air sedikit yang telah digunakan dalam fardhu thaharah.”
(al-Majmūʿ Syarḥ al-Muhadzdzab, 1/174)

Air Bekas Mencuci Kemaluan: Najis atau Tidak?

Jika yang dimaksud adalah air bekas mencuci kemaluan setelah buang air kecil, maka hukumnya tergantung pada dua hal:

1. Apakah air tersebut terkena najis (air kencing) atau tidak?

  • Jika air tersebut menyentuh najis (air kencing) lalu memercik ke pakaian, maka air itu najis, dan percikannya juga najis.
  • Jika air tersebut belum menyentuh najis (misalnya hanya mencuci bagian sekitar kemaluan sebelum keluar air kencing), maka air itu tidak najis, hanya dianggap air musta‘mal.

2. Apakah air tersebut banyak atau sedikit?

  • Dalam mazhab Syafi’i, air kurang dari dua qullah (± 270 liter) yang telah digunakan untuk bersuci menjadi air musta‘mal, dan tidak dapat digunakan lagi untuk bersuci — tetapi bukan berarti najis kecuali berubah sifat atau terkena najis.

Imam Syirazi dalam al-Muhadzdzab menyatakan:

“وإذا استعمل الماء في طهارة الحدث صار مستعملا، ولا يجوز استعماله في رفع الحدث ثانيا، لكنه طاهر في نفسه”

“Jika air telah digunakan dalam bersuci dari hadats, maka ia menjadi musta‘mal, tidak boleh dipakai mengangkat hadats kedua kali, tapi ia suci pada dirinya.”
(al-Muhadzdzab, 1/19)

🧼 Kesimpulan Hukum Percikan Air Bekas Cuci Kemaluan

  • Jika air itu terkena najis (air kencing) lalu mengenai pakaian → pakaian menjadi najis, harus dicuci.
  • Jika air itu belum terkena najis, hanya air musta‘mal → airnya suci tapi tidak mensucikan, dan percikannya tidak menajiskan pakaian.

✅ Kaidah Praktis:

Jika setelah buang air kecil, antum mencuci kemaluan dan air yang memercik ke pakaian datangnya dari air suci yang tidak terkena najis secara langsung, maka tidak perlu mencuci pakaian lagi.

Wallahu a‘lam.

[Sumber: WA Grup MILC – Manarul Ilmi Learning Circle]

Baca juga artikel: Hukum Menghadap dan Membelakangi Kiblat ketika Buang Air.